Warta Ekonomi, Jakarta -AI kini telah menjadi realitas sehari-hari di Indonesia, bukan sekadar konsep futuristik. Menurut riset Microsoft dan LinkedIn, 92% pekerja profesional Tanah Air telah memanfaatkan AI generatif - angka yang jauh melampaui rata-rata global 75%. Meski adopsinya masif, penting diingat bahwa seperti manusia, sistem AI pun memerlukan waktu untuk berkembang dan mencapai performa optimal.
Seperti manusia, AI membutuhkan waktu untuk belajar, beradaptasi, dan memberikan manfaat yang nyata. Karena itu, semakin cepat sebuah bisnis mulai memanfaatkannya, semakin besar peluang untuk mendapatkan hasil yang signifikan.
Dalam dunia usaha, terutama industri kuliner yang bergerak cepat, implementasi AI bukanlah proses instan. Dibutuhkan waktu untuk memahami cara kerjanya, menguji efektivitasnya, dan menyesuaikannya dengan karakter masing-masing bisnis. Itulah mengapa memulai penggunaan AI sedini mungkin menjadi langkah yang strategis bagi sebuah bisnis. Semakin awal proses ini dimulai, semakin besar pula peluang untuk membangun sistem AI yang solid, cerdas, dan mampu menciptakan keunggulan bersaing di masa depan.
PT Esensi Solusi Buana (ESB), perusahaan teknologi penyediasoftware all-in-oneberbasiscloud, khusus untuk industri F&B, melihat langsung tantangan yang dihadapi pelaku usaha di lapangan. Mulai dari pengambilan keputusan penting yang sering kali masih mengandalkan intuisi, hingga keterbatasan waktu untuk menganalisis data operasional secara mendalam.
Dari kebutuhan inilah, ESB menghadirkanOLIN, asisten AI pertama yang dirancang khusus untuk bisnis kuliner. Diluncurkan secara resmi pada 2025, OLIN dikembangkan dan dilatih selama dua tahun penuh untuk memahami ritme dan tantangan unik industri kuliner. Tidak seperti aplikasi AI konvensional yang pasif dan menunggu perintah, OLIN bekerja secara proaktif, membaca data harian, menganalisis tren, serta memberikan rekomendasi bisnis yang bisa langsung diimplementasikan.
Gunawan, Co-Founder & CEO ESB, menyampaikan bahwa pemanfaatan teknologi AI saat ini bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keniscayaan."Penggunaan AI hari ini bukan lagi soal mau atau tidak. Suka tidak suka, AI memang sedang, dan akan terus, mengubah cara kita menjalankan bisnis sehari-hari. Jadi pertanyaannya sekarang adalah: apakah kita siap bertahan di tengah cara berkompetisi yang sudah berubah total?"Ia menegaskan bahwa AI memang bukan solusi instan, namun manfaatnya akan jauh lebih besar bagi mereka yang memulainya lebih awal."Semakin cepat kita mulai, semakin cepat pula AI memahami karakter bisnis kita dan memberiinsightyang relevan. Karena itu, AI perlu dilihat bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai alat untuk tumbuh bersama, menciptakan sinergi dan membantu bisnis berkembang berdampingan dalam satu ekosistem yang sehat."
Kesadaran akan pentingnya adopsi teknologi inilah yang menjadi latar belakang digelarnya ESB Founders’ Table Media Luncheon, dengan tajuk“Dari Dapur ke Data: Menangkan Persaingan Kuliner Lewat Adopsi AI Sejak Dini.”Forum ini memperlihatkan secara langsung bagaimana penerapan AI seperti OLIN tak hanya menghadirkan efisiensi, tetapi juga menciptakan keunggulan kompetitif yang nyata di lapangan.
Bagi Regan S. Subagio, pemilik restoran Hongkong Bay, penggunaan AI seperti OLIN bukan hanya soal efisiensi, tapi juga memberikan keunggulan kompetitif.“OLIN membantu menganalisis promo yang berjalan dan menunjukkan dampaknya terhadap penjualan,”jelas Regan.“Jadi kami tidak lagi mengandalkan perasaan, tapi data. Ini membuat strategi promosi dan up-selling jadi jauh lebih terarah dan efektif.”
Sejak awal berdiri di 2022,Hongkong Baysudah mengandalkan sistem ESB sebagai fondasi operasional dan keuangan. Didukung tim kuat, termasuk Chef Christo dan Chef Fransisca yang merupakan finalisMasterChef Indonesia, Regan percaya bahwa kesuksesan restoran tak cukup hanya dari rasa, tapi juga dari sistem yang andal.“Fitur-fitur ESB itu seperti harta karun. Melalui sistem ini, saya bisa melihat jam-jam sibuk, bahkan tahu apakah outlet sudah menjalankan resep sesuai standar. Ini bukan cuma sekedar memiliki kontrol, tapi juga menjadi dasar kami dalam menyusun strategi bisnis.”Bahkan saat hanya ada satu staf untuk melayani tiga lantai,ESB Ordermemungkinkan operasional tetap lancar.“Teknologi yang tepat bukan cuma menyederhanakan pekerjaan, tapi juga memberi rasa tenang menghadapi tantangan harian.”
Senada dengan itu, Ayu Switriani, F&B Director Temuku, menyoroti peran OLIN dan ESB sebagai fondasi penting dalam pengambilan keputusan dan pertumbuhan bisnis.“OLIN tidak hanya mencatat, tapi memberi kamiinsightberbasis data. Apa yang perlu ditingkatkan, mana yang bisa dioptimalkan. Ini membantu kami menyusun strategi menu, promosi, dan operasional dengan lebih percaya diri.”Berangkat dari latar belakang kuliner dan operasional, Ayu melihat sistem digital bukan lagi sekadar alat bantu, melainkan kebutuhan dasar.“Kami tahu banyak pelaku usaha masih nyaman dengan cara manual atau ragu soal biaya awal. Tapi justru di tengah tantangan bisnis yang makin kompleks, sistem seperti ESB jadi kunci membangun brand yang konsisten dan siap berkembang.”
Bagi Temuku, adopsi teknologi bukan hanya soal efisiensi, tapi strategi jangka panjang untuk menjaga kualitas dan membuka jalan ekspansi.“Dengan fondasi digital yang solid, kami yakin Temuku bisa melangkah lebih jauh, dari brand lokal yang kuat, menuju daya saing nasional bahkan global,”tutup Ayu.
Dibangun dari semangat untuk menjawab kebutuhan nyata pelaku usaha, OLIN hadir bukan sekadar sebagai alat bantu, tetapi sebagai asisten cerdas yang mendampingi pengambilan keputusan strategis setiap hari. Dengan fitur-fitur seperti proyeksi penjualan, deteksi otomatis potensi kecurangan, hingga rekomendasi promosi berbasis data pelanggan.
Setelah penggunaan minimal tiga bulan, OLIN mampu menghasilkan analisis dan proyeksi bisnis dengan tingkat akurasi hingga 98% dan terbukti mendorong peningkatan penjualan hingga lebih dari 50%. Lewat pendekatan yang mudah digunakan, OLIN memberi manfaat layaknya memiliki analis bisnis, akuntan, auditor, dan konsultan dalam satu sistem yang siap mendukung pertumbuhan berkelanjutan.
Dengan solusi berbasis data seperti OLIN dan sistem operasional yang terintegrasi, para pelaku usaha kuliner memiliki lebih dari sekadar teknologi bantu. Mereka memiliki mitra strategis yang siap mendampingi di setiap keputusan penting. Namun, bagi ESB, dukungan nyata tidak berhenti pada fitur atau teknologi semata, yang lebih esensial adalah memastikan bahwa setiap inovasi yang dihadirkan, mampu membantu pelaku usaha menjalankan operasional harian secara lebih efisien, cerdas, dan berkelanjutan.
#BebasCemas: Menuju Masa Depan Industri Kuliner yang Lebih Kuat dan Kolaboratif
Di tengah kompleksitas industri kuliner, kampanye #BebasCemas dari ESB hadir sebagai jawaban nyata bagi para pemilik usaha yang ingin menjalankan bisnis dengan lebih efisien dan percaya diri. Melalui sistemcloudESB dan asisten AI OLIN, berbagai proses penting, mulai dari pengelolaan stok dan transaksi hingga laporan keuangan dan strategi promosi, terintegrasi dalam dashboard yang akurat dan mudah digunakan.
“Industri F&B terlalu besar dan terlalu penting untuk terus bergantung pada sistem manual,”ujar Gunawan.“Kami membangun ESB karena melihat langsung bagaimana pelaku usaha kesulitan mengambil keputusan penting tanpa data yang menyatu danreal-time.OLIN dan teknologi hadir bukan sekadar alat bantu, tapi mitra strategis yang memberdayakan. Bukan untuk menggantikan manusia, tapi justru memperkuat koneksi antar manusia, agar pemilik usaha bisa fokus pada hal paling bernilai: membangun tim dan menciptakan pengalaman terbaik bagi pelanggan.”
Sebagai bagian dari inisiatif ini, ESB juga menghadirkan Komunitas #BebasCemas, ruang kolaborasi yang mendorong pelaku usaha untuk berbagi pengalaman, belajar bersama, dan tumbuh secara kolektif. Karena di balik teknologi yang hebat, terdapat ekosistem yang saling mendukung.
Dengan pendekatan teknologi yang tepat dan komunitas yang suportif, #BebasCemas bukan sekadar kampanye, melainkan gerakan nyata untuk membangun masa depan industri kuliner yang lebih adaptif, tangguh, dan kolaboratif.